Salah satu komponen terbesar yang setiap bulan dibayarkan dari Kas warga atau rekening PPPSRS adalah Pembayaran Listrik. Diikuti dengan pembayaran Gaji Karyawan dan disusul oleh pembayaran PDAM/air minum, building maintenance, dst.
Rusunami kita adalah pelanggan PLN dalam golongan tarif R3/TR dengan daya 1.385.000 VA (1.385 KVA). Sehingga TDL di CER mengikuti TDL PLN (sesuai TDL November 2016 = Rp.1.461,80,-/kwh - bisa di cek senantiasa di http://www.pln.co.id/2011/03/tarif-tenaga-listrik/ ), dan setelah ditambah Pajak Penerangan Jalan Umum 3% (sesuai Perda DKI No.15/2010) maka harga kwh nya adalah: Rp.1.506,-/kwh. Jauh lebih rendah dibandingkan beberapa Rusunami dan Apartemen di Jakarta.
Seperti kita ketahui bersama, listrik di unit hunian dan kios memakai sistim pra bayar, sementara yang kita bayar ke PLN termasuk listrik Fasum dan Fasos kita, seperti lampu koridor, lift, pompa-pompa transfer, booster, STP, kolam renang, AC di 4 rumah lift (1 rumah lift memakai 2 unit AC 2,5 PK), AC-AC dan kipas di kantor, ruang panel di security, ruang serbaguna, tempat ibadah, lobby A dan B, dan berbagai peralatan listrik dan pertukangan yang menunjang Rusunami ini.
Nah, ternyata ada selisih cukup banyak dari listrik prabayar yang kita beli dengan pembayaran ke PLN, dari gambar di bawah, rata-rata per bulannya ada sekitar Rp.115jt an yang terpaksa kita ambil dari IPL untuk mencukupi kebutuhan listrik kita.
Memang ada komponen listrik minimum, yang oleh PPPSRS diwacanakan untuk ditiadakan dan diganti dengan komponen khusus untuk fasum. Bentuknya akan diusulkan dan diputuskan dalam RUTA atau MUTA (Rapat/Musyawarah Tahunan Anggota) PPPSRS-CER yang melibatkan seluruh penghuni CER.
Bagaimana dengan PDAM?
Rusunami kita adalah pelanggan PDAM meter besar dengan golongan tarif kelompok III B Rumah Susun Menengah dengan pipa 6 inchi, dengan tarif:
a. 0-10 m3 = Rp.4.900,-/m3
b. 10-20 m3 = Rp.6.000,-/m3
c. > 20 m3 = Rp.7.450,-/m3 (tarif progresif pemakaian di atas 20 m3)
Ditambah biaya sewa/pemeliharaan meter Rp.86.000,-/bulan serta biaya beban tetap Rp.422.000,-/bulan (hanya komponen ini yang kena PPN 10%) plus biaya materai Rp.6.000,-
Rata-rata dalam sebulan kita membayar ke PDAM Aetra adalah sebesar Rp.84 juta an/bulan, sementara penerimaan kita dari tagihan unit hunian dan kios adalah Rp.85 jt an/bulan, jadi masih ada surplus rata-rata Rp.1 juta an dalam hitungan per bulan.
Air itu sudah termasuk pemakaian air Toilet umum, penambahan air kolam renang (volumenya ditambah setiap pembersihan, dan air kotor terbuang dalam proses vacuum), dan inilah yang kita hemat sehingga tidak melebihi seperti pada listrik). Hal ini terbantu juga dengan biaya abonemen Rp.11.950,-/unit-kios/bulan yang ditagihkan sepengetahuan PDAM dari masa Binakarya yang sudah di cek keabsahannya.
Pemakaian air bersih di CER diback up dengan pemakaian air tanah, yang harganya jauh lebih mahal dari PDAM, yang sesuai peraturan pemerintah memang dikondisikan supaya air tanah tidak banyak terpakai. Tarif air tanah sekarang mencapai Rp.72rb an ~ Rp.81 rb an/m3 dalam golongan tarif Industri Kecil (Rumah Susun Sederhana masuk dalam golongan tarif ini) =======>
http://bplhd.jakarta.go.id/cetakan/leaflet%20Harga%20Dasar%20Air.pdf - sehingga menjadi pilihan terakhir untuk dipakai apabila ada gangguan PDAM, alternatif lain yang lebih murah adalah membeli air memakai mobil tangki seperti yang pernah kita lakukan beberapa hari lalu ketika PDAM Aetra mengalami gangguan.
Dibandingkan Rusunami sejenis atau apartemen kelas menengah, harga PLN dan PDAM kita berada dalam kelompok harga terendah, karena dijual sesuai harga TDL PLN dan Tarif dasar PDAM.
Dari Informasi di atas, jelas kita harus bersama-sama mencari jalan keluar, khususnya perihal listrik Fasum/Fasos sehingga tidak terlalu berat membebani IPL dan juga tidak merugikan warga hunian. Alternatifnya seperti; mencari solusi penggunaan energi terbarukan, memperbaharui sistim tagihan listrik minimum, memakai perangkat listrik hemat daya dan berbagai alternatif lain yang dapat menekan pengeluaran dari IPL, agar kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan dana IPL untuk building maintenance/pemeliharaan fisik gedung yang sudah mulai usang di usia menjelang tahun ke-6 apartemen ini mulai dihuni. Demikian pula tidak kalah pentingnya mulai mencadangkan peremajaan dan penggantian alat-alat mekanikal elektrikal yang rata-rata usia pakainya hanya 3-5 tahun, dan nilainya cukup besar dan harus mulai dicicil mulai sekarang.
Menyoal IPL lebih mendalam, akan kita bahas dalam seri M-CER1a selanjutnya, bagaimana peruntukan IPL, dan biaya-biaya perizinan gedung dan alat-alatnya, asuransi dll dsb, akan kita kupas dan diskusikan lebih detail.
Semoga informasi di atas menjadi bahan diskusi untuk memperoleh masukan positif demi menuju hunian yang lebih baik … Aman, Nyaman, Bersih, Indah dan Humanis.
Salam CER1a
PPPSRS-CER